Perindustrian di Indonesia telah berkembang pesat, di Jawa sendiri terdapat lebih dari 200 industri manufakturing yang telah mengepakkan sayapnya. Namun perindustrian yang telah maju tersebut tampaknya malah menjadi malapetaka bagi sektor pertanian. Dengan semakin banyaknya pabrik yang berdiri di setiap daerah bahkan daerah pedesaan telah menggusur lahan-lahan pertanian produktif yang jika tetap digunakan dapat menghasilkan komoditas pertanian yang unggul. Selain itu hujan asam yang timbul akibat adanya pencemaran dari gas-gas beracun yang tersebar di udara oleh pabrik-pabrik tersebut dapat merusak tanaman dan tanah sehingga hasil yang didapat sangat tidak bagus bahkan kurang baik jika dikonsumsi oleh manusia.
Industri dan pertanian merupakan elemen yang dapat saling melengkapi dan jika diseimbangkan akan mendatangkan devisa yang cukup besar bagi negara. Saat ini Indonesia mengekspor bahan-bahan mentah hasil pertanian untuk diolah di luar negeri. Yang menarik adalah bahan-bahan mentah itu akan diolah diluar negeri untuk kemudian dijual (diimpor) kembali ke Indonesia.
Penyelarasan Industri dan Pertanian
Keseimbangan yang tidak terjaga antara sektor industri dan sektor pertanian, menjadi pemicu menurunnya perekonomian Indonesia. Menurut data ……pertanian Indonesia hanya menyumbang …% terhadap GNI. Sedangkan pada sektor industri menyumbang ….% terhadap GNI, dan itupun pada perusahaan luar negeri yang menanamkan modal di Indonesia. sehingga tidak berkontribusi banyak terhadap pembangunan. Dari beberapa sektor yang memberikan banyak sumbangan adalah perdagangan. Namun perdaganganpun tidak memberi sumbangan banyak. Jika antara pertanian dan industri dapat berjalan beriring tentunya dapat menambah pendapatan negara. Selain itu dapat mengatasi masalah ketenagakerjaan, yaitu dengan mengembangkan industri pertanian. Hasil-hasil pertanian tersebut dapat diolah menjadi bahan baku, sehingga dapat mengurangi impor Indonesia.
Untuk menanggulangi ekspor kecil yang dibalas dengan impor besar yang dapat menghabiskan devisa negara dibutuhkan pengelolaan hasil-hasil pertanian secara industri sebelum diekspor ke luar negeri. Industri tidak perlu mengimpor bahan mentah dari luar negeri, cukup dengan menghubungi para petani lokal dan menjalin kerjasama yang baik dengan mereka niscaya hasil yan didapatkan akan sangat memuaskan. Tidak hanya bagi para petani dan industri yang terlibat didalamnya tapi juga pemerintah, bahkan seluruh warga indonesia.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, kebanyakan hasil pertanian petani kecil hanya di jual ke pasar-pasar. Kalaupun di ekspor hanya berupa barang mentahnya saja. Akan lebih baik jika industri membeli sebagian hasil pertanian tersebut untuk selanjutnya diolah menjadi bentuk yang berbeda dengan kemasan yang berbeda maka akan meningkatkan harga jualnya bahkan lebih dari 100 persen.
Peningkatan Perekonomian Melalui Pengembangan Industrialisasi Dan Pertanian
Perekonomian merupakan salah satu masalah yang tengah dialami oleh bangsa ini. penurunan pendapatan dari banyak sektor tentunya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, salah satunya adalah sektor pertanian dan industri. Kedua sektor tersebut sangatlah berkaitan dalam pembangunan ekonomi. Pertanian merupakan akar dari sebuah negara, karena kebutuhan pangan manusia berasal dari pertanian. Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang relatif besar, apabila tidak di seimbangkan dengan pertumbuhan pertanian maka akan terjadi kelaparan.
Industri merupakan salah satu pendukung sektor pertanian, menurut Halcrow, 1981 terdapat dua macam industri yaitu (1) industri perbekalan, dan (2) industri pengolahan dan pemasaran produk-produk pertanian. Industri perbekalan pertanian yang akan mengelola bahan baku menjadi mesin-mesin pertanian, pupuk dan bahan kimia yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta hewan. Apabila industri perbekalan tersebut dapat dilaksanakan dalam skala yang besar tentunya akan mempercepat proses pertanian, sehingga secara ekonomis akan menguntungkan petani. Namun dalam kenyataanya di negara-negara berkembang seperti Indonesia, industri perbekalan pertanian dilakukan dalam sektor yang relatif kecil. Selain itu, gagalnya industri di perkotaan yang diakibatan oleh kesalahan dalam memilih strategi industrialisasi substitusi impor dan penetapan nilai kurs yang terlalu tinggi juga berpengaruh dalam pelaksanaan pertanian (Todaro dan Smith, 2006).
Industri pengolahan dan pemasaran produk-produk pertanian sangat berpengaruh terhadap kemajuan pertanian. Di negara dunia ketiga seperti Indonesia yang pertaniannya subsisten sangat sedikit jasa-jasa yang ditumbuhkan dalam produk-produk pertanian. Hasil dari pertanian tersebut masih berupa bahan mentah, sehingga harga yang diberikanpun relatif rendah. Berbeda jika produk tersebut sudah diolah menjadi bahan yang siap untuk dipasarkan, harganya relatif lebih tinggi. Salah satu cara yang perlu diambil adalah dengan mengubah pertanian subsisten menjadi pertanian komersil. Selain itu untuk menunjang pertumbuhan pertanian perlu adanya peningkatan ekonomi industri yang ditunjukkan adanya kemajuan di sektor pendidikan, penyuluhan pertanian, informasi pasar, penyediaan bahan makanan dan regulasi, pengawasan pasar, serta kebijakan harga dan pendapatan dan usaha tani.
Apabila sumberdaya manusia telah dibekali dengan pendidikan yang memadai dan juga terciptanya penyuluh pertanian serta adanya pengawasan pasar dan kebijaksanaan harga, maka pengembangan ekonomi dalam sektor industrilaisasi dan pertanian akan mengalami peningkatan. Selain itu harus ada kerjasama yang baik antara berbagai pihak untuk bersama-sama meningkatkan perekonomian Indonesia.
Kendala Pengembangan Sektor Industri
1. Akibat perubahan perekonomian dunia menyebabkan timbulnya pengelompokan perdagangan antar negara yang dalam perkembangannya cenderung menjadi instrumen proteksi dan diskriminasi pasar, seperti pasar tunggal eropa, dan kawasan perdagangan bebas Amerika Utara akan menimbulkan persaingan yang ketat.
2. Timbulnya kecenderungan sikap proteksionisme beberapa negara maju yang ingin melindungi industri dalam negerinya, serta menggunakan berbagai isu politik dan alasan lainnya untuk menghambat perdagangan dan pengembangan industri yang berorientasi ekspor
3. Ketersediaan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan sector industri sangat tergantung pada struktur dan sistem pendidikan. Jenjang, bidang dan kualitas lulusan belum dapat memenuhi kebutuhan sector industri yang berkembang pesat, terutama tenaga teknis yang relatif siap pakai, baik sebagai tenaga ahli ataupun tehnisi.
4. Rendahnya kualitas pengusaha di satu sisi terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja industrial sebagai buruh atau karyawan sedangkan di sisi lain terjadi penurunan jumlah tenaga kerja industrial yang berstatus sebagai pengusaha
5. Prasarana teknologi dan tenaga ahli yang berkualitas di dalam negeri belum tersedia secara memadai
6. Dukungan iklim usaha belum kondusif yang tercermin dari prosedur administratif dan perizinan investasi industri serta kemampuan pelayanannya meskipun telah berkali-kali disederhanakan masih belum optimal terutama bagi industri baru di luar Pulau Jawa
7. Keterbatasan dukungan prasarana dasar ekonomi dan biaya modal yang tinggi menjadi penghambat dalam persebaran investasi industri ke daerah.
8. Penyediaan prasarana membutuhkan investasi yang sangat besar dan pembangunannya menghadapi kendala keterbatasan anggaran Pemerintah, sedangkan peran serta swasta juga masih terbatas.
9. Masalah pencadangan lahan antara sektor industri dan sektor pertanian dan sektor produksi lainnya belum tertata dengan optimal, sementara lahan potensial yang dapat dibudidayakan sangat terbatas.
10. Struktur ekspor hasil industri masih bertumpu pada beberapa komoditi andalan yang diperkirakan akan segera tersaingi oleh negara berkembang lainnya.
11. Ketergantungan pada impor sebagian besar industri yang berorientasi ekspor akan bahan baku, bahan penolong dan barang modal beserta suku cadangnya masih besar dan cenderung meningkat.
12. Ketergantungan pada lisensi produk dan teknologi yang bersumber dari luar negeri
2. Timbulnya kecenderungan sikap proteksionisme beberapa negara maju yang ingin melindungi industri dalam negerinya, serta menggunakan berbagai isu politik dan alasan lainnya untuk menghambat perdagangan dan pengembangan industri yang berorientasi ekspor
3. Ketersediaan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan sector industri sangat tergantung pada struktur dan sistem pendidikan. Jenjang, bidang dan kualitas lulusan belum dapat memenuhi kebutuhan sector industri yang berkembang pesat, terutama tenaga teknis yang relatif siap pakai, baik sebagai tenaga ahli ataupun tehnisi.
4. Rendahnya kualitas pengusaha di satu sisi terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja industrial sebagai buruh atau karyawan sedangkan di sisi lain terjadi penurunan jumlah tenaga kerja industrial yang berstatus sebagai pengusaha
5. Prasarana teknologi dan tenaga ahli yang berkualitas di dalam negeri belum tersedia secara memadai
6. Dukungan iklim usaha belum kondusif yang tercermin dari prosedur administratif dan perizinan investasi industri serta kemampuan pelayanannya meskipun telah berkali-kali disederhanakan masih belum optimal terutama bagi industri baru di luar Pulau Jawa
7. Keterbatasan dukungan prasarana dasar ekonomi dan biaya modal yang tinggi menjadi penghambat dalam persebaran investasi industri ke daerah.
8. Penyediaan prasarana membutuhkan investasi yang sangat besar dan pembangunannya menghadapi kendala keterbatasan anggaran Pemerintah, sedangkan peran serta swasta juga masih terbatas.
9. Masalah pencadangan lahan antara sektor industri dan sektor pertanian dan sektor produksi lainnya belum tertata dengan optimal, sementara lahan potensial yang dapat dibudidayakan sangat terbatas.
10. Struktur ekspor hasil industri masih bertumpu pada beberapa komoditi andalan yang diperkirakan akan segera tersaingi oleh negara berkembang lainnya.
11. Ketergantungan pada impor sebagian besar industri yang berorientasi ekspor akan bahan baku, bahan penolong dan barang modal beserta suku cadangnya masih besar dan cenderung meningkat.
12. Ketergantungan pada lisensi produk dan teknologi yang bersumber dari luar negeri
Hasil perhitungan dari data yang ada menunjukkan bahwa :
a. Walaupun pertumbuhannya bervariasi, secara umum sektor pertanian terus memberikan kontribusi yang bertambah kepada PDB dengan rata-rata 6.01% dan terjadi lonjakan produksi tahun 1973, ketika naik hingga 29,5%. Jumlah produksi rata-rata tiap tahun mencapai Rp. 29.655,42 milyar.
b. Keadaan sektor industri, pada dekade ini juga tumbuh dengan pertumbuhan mencapai rata-rata 12.35%. Walaupun kecepatan pertumbuhannya melebihi sektor pertanian, ternyata pada dekade ini belum bisa melampaui hasil pertanian. Yang menarik ialah : bahwa kontribusinya meningkat terus dari 9% hingga 14% dari PDB.
c. Kontribusi jasa-jasa di luar jasa perdagangan dan pertambangan relatif tetap setiap tahun yaitu antara 9-10% PDB.
d. Kontribusi variabel lain, yang terdiri atas: Pertambangan dan penggalian listrik, gas dan air bersih, bangunan, hotel restauran dan jasa keuangan lainnya, kontribusinya kepada PDB relatif kurang lebih 50% dari PDB dan ini bertahan cukup lama.
e. Pendapatan per kapita cukup tinggi mencapai US $ 2.233 pada tahun 1977, dengan rata-rata selama dekade ini sebesar US $ 1898.70, dan ini tertinggi dibandingkan pada dua dekade terakhir.
f. Pertumbuhan pemberian kredit kepada swasta terus meningkat, seiring dengan gerak laju pembangunan secara umum dengan mencapai rata-rata 22,16% pertahun.
g. Investasi secara nominal bertambah, namun prosentase pertumbuhannya menurun terus, dan rata – rata dalam dekade ini mencapai Rp. 18.567,35 milyar. Sementara pertumbuhan tertinggi hanya terjadi tahun 1970-1971 sebesar 21%, sedangkan rata-rata pertumbuhan pada dekade ini sebesar 7,84% saja.
h. Rata-rata upah tercatat mencapai angka Rp. 400.000 – 1.000.000,- untuk pemerintah, sedangkan swasta antara Rp. 100.000,- s.d. 200.000,-
Dampak positif industrialisasi dalam konteks globalisasi saat ini telah diketahui yakni meningkatkan produktivitas melalui peningkatan efisiensi. Namun dampak negatifnya masih banyak diperdebatkan orang, terutama kaitannya dengan kerusakan lingkungan. Ketika sebuah bangsa menggantungkan hidupnya kepada pertanian, maka masalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh masyarakat yang hidup dengan bertani belum begitu mengemuka dalam berbagai pembahasan. Lain masalahnya, ketika proses industrialisasi tengah berjalan, maka dampak positifnya rakyat banyak tak lagi terlalu menggantungkan hidupnya pada sumber alam yang langsung digali atau dimanfaatkan.
Peranan sektor industri dalam produksi nasional pada tahun 1990 cukup meningkat. Hal ini ditandai dengan sumbangannya sebesar 21% ke dalam produk domestik bruto (PDB), ini berarti telah melampaui sumbangan sektor pertanian sebesar 19%. Selanjutnya berdasarkan data tahun 2000, besar komposisi perbandingan sumbangannya terhadap PDB adalah 30% industri dengan 10% pertanian.
Di Indonesia, ketika industri akan dikembangkan pada awal 1970-an, maka dikenallah tiga konsep pengembangan industri, yaitu :
(a) konsep yang bertumpu pada pemanfaatan sumber daya alam/manusia (comparative advantages).
(b) konsep yang mengandalkan kecepatan perubahan teknologi (State to the art of technology) dan (c) konsep keterkaitan antara hulu-hilir (industrial linkage).
Ketiga konsep itu dilaksanakan secara serempak di Indonesia dimulai pada awal 1970-an. Walaupun ketika itu, terjadi tarik-menarik antara mana yang harus dijadikan prioritas dari masing-masing kelompok pendukung ketiga konsep di atas.
Dari sudut pandang kepentingan perekonomian suatu bangsa, industrialisasi memang penting bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi tinggi dan stabilitas. Namun, industrialisasi bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya merupakan salah satu strategi yang harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat pendapatan perkapita tinggi. Meskipun pelaksanaannya sangat bervariasi antar negara, periode industrialisasi merupakan tahapan logis dalam proses perubahan struktur ekonomi. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, produksi, ekspor, dan kesempatan kerja.
Dapat dipahami bahwa ketika membahas masalah industrialisasi, selalu terkait dengan sektor pertanian. Sehingga setiap persoalan industrialisasi akan dibahas secara serempak dengan keterkaitan ke masalah pertanian. Proses pembangunan di Indonesia tetap diawali dengan perhatian pada bagaimana menggerakkan perekonomian yang berbasis pertanian. Karena itu diutamakanlah industri yang menciptakan mesin-mesin pertanian dan sebagainya. Sasaran pembangunan jangka panjang tahap satu adalah, mengubah struktur ekonomi dari struktur yang lebih berat dari pada pertanian kepada struktur yang seimbang antara sektor pertanian dan sektor industri. Dengan struktur yang seimbang inilah maka ekonomi rakyat dapat ditumbuhkan.
Implementasi dan Strategi Industrialisasi.
Dalam implementasinya ada empat argumen atau basis teori yang melandasi suatu kebijakan industrialisasi, yaitu : argumen keunggulan komparatif, keterkaitan industri, penciptaan lapangan kerja, dan argumentasi loncatan teknologi. Dalam kenyataannya, bisa saja dikaitkan bahwa semua argumen ini bermuara kepada satu tujuan yaitu : peningkatan pendapatan masyarakat atau peningkatan cadangan devisa negara.
Negara-negara yang industrialisasinya berlandaskan pada argumentasi penciptaan lapangan kerja akan memprioritaskan pengembangan industri-industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Jenis industrinya disebut : industri padat karya dan umumnya terjadi pada industri kecil. Sedangkan pada negara yang menganut paham loncatan teknologi, percaya bahwa hanya dengan industri yang memiliki teknologi tinggi akan memberi nilai tambah besar dan akan menciptakan industri-industri lain yang digerakkannya.
Tentu saja, semua pilihan jenis industri itu ada sisi positifnya dan tak sedikit pula sisi negatifnya. Jika berargumentasi keunggulan komparatif sisi positifnya ialah: efisiensi dalam penggunaan sumber daya alam yang ada dan berhasil memanfaatkan segala potensi lainnya. Namun kelemahannya, tingkat kualitas produk sangat bergantung pada apa adanya dari alam saja, sehingga pada suatu saat mungkin kualitas barang tak sesuai lagi dengan harapan konsumen, maka industri ini akan merugi. Demikian pula industri dengan teknologi tinggi kadang tidak efisien dan menyerap banyak sumber-sumber daya yang ada terutama modal.
Selanjutnya, Dumairy menguraikan pula tentang dua macam jenis strategi, yaitu strategi substitusi impor (import substitution) dan strategi promosi ekspor (export promotion).
Strategi substitusi impor, dikenal juga dengan istilah strategi “orientasi ke dalam” atau Inward Looking Strategy, yaitu suatu strategi industrialisasi yang mengutamakan pengembangan jenis industri untuk menggantikan impor produk-produk sejenis. Pada tahap awal, yang dikembangkan biasanya adalah industri ringan yang menghasilkan barang-barang konsumtif. Untuk memungkinkan menjadi besar, industri-industri yang masih bayi (infant industry) biasanya dilindungi oleh pemerintah atau diproteksi, sehingga tidak terlalu berat bersaing dengan produk impor, misalnya dengan pengenaan tarif khusus/pajak impor (tariff barrier). Sehingga harga barang impor mahal tak dapat bersaing dengan harga barang sejenis buatan dalam negeri. Walaupun dalam praktik, industri yang diproteksi ini bukannya membesar dan dewasa malah manja hingga tak maju-maju.
Untuk memajukan perekonomian indonesia perlu adanya penyeimbangan peran antara industri dan pertanian. Untuk mengurangi biaya tetap industri dalam pembelian bahan baku, sebaiknya industri tersebut membeli bahan baku dari petani lokal. Untuk itu petani (dengan bantuan perusahaan dan pemerintah setempat) perlu memperbaiki sistem pertanian untuk dapat menghasilkan hasil pertanian yang berkualitas tinggi untuk dapat diolah oleh industri menjadi barang jadi yang harga jualnya jauh lebih tingi daripada bahan mentahnya. Dengan begitu, kita tidak perlu lagi mengekspor bahan mentah dan mengimpor barang mentah hasil ekspor yang telah berubah bentuk, namun langsung mengekspor barang jadi dan mengurangi impor barang jadi. Dengan begitu devisa indonesia dapat ditingkatkan.
Sumber :
-http://dwid08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/pengembangan-sektor-industri-dan-pertanian-dalam- membangun-perekonomian-indonesia/
-http://id.shvoong.com/tags/sektor-industrialisasi/
http://www.docstoc.com/docs/32793099/PERKEMBANGAN-SEKTOR-INDUSTRI- DAN-PERDAGANGAN-SAMPAI
-http://digilib.its.ac.id/ITS-Master-3100006026682/7195
-http://indonesia.mitrasites.com/industrialisasi-dan-perkembangan-sektor-industri.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar