Selasa, 30 November 2010

PENGHAMBAT PRESRASI PERSEPAKBOLAAN INDONESIA

1. Dana : "Idealnya 5% dari APBN."



Ya, dana. Masalah klasik yang sudah sering kita dengar memang akar dari buruknya prestasi timnas kita di kancah internasional. Anggaran untuk olahraga di Indonesia masih dibawah 5%! Tanpa dana yang mencukupi, timnas kita tidak bisa berlatih secara maksimal. Kurangnya dana akan secara otomatis mengurangi kualitas sarana penunjang latihan seperti lapangan, fasilitas fitnes, dan klinik kesehatan khusus sepak bola.


2. Profesionalisme : "Profesionalisme adalah faktor utama untuk menjadi seorang juara."



Di English Premier League, pemain bintang seperti Steven Gerrard adalah sosok yang patut dicontoh oleh pemain sepak bola Indonesia karena jiwa profesionalismenya yang tinggi. Menghargai keputusan wasit, cepat bangun setelah jatuh di-slide tackle lawan, dan menjunjung tinggi FAIR PLAY. Dari situlah jiwa pemenang akan muncul dan mendorong semangat juang kita.



3. Gizi : "You are what you eat."



Apapun yang kau makan, akan menentukan seberapa hebat kemampuan fisikmu di masa depan. Sebenarnya, diet empat sehat lima sempurna di Indonesia adalah diet yang bergizi tinggi dan seimbang.

4. Persepsi Masyarakat : "Sepak Bola tidak menjanjikan?"



Di tengah kondisi ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia yang masih kurang stabil, para orang tua pasti menginginkan anak-anak mereka memiliki profesi yang bergaji tinggi. Nah, pemikiran klasik rakyat kita, profesi yang bergaji tinggi adalah insinyur, pegawai bank, atau dokter. Pesepakbola masih termasuk profesi bergaji rendah di Indonesia. Oleh sebab itu, para orang tua lebih cenderung menyuruh anaknya belajar berjam-jam lamanya di bimbel untuk bisa masuk ke universitas daripada membiarkan mereka berlatih sepak bola di ekskul sekolah maupun Sekolah Sepak Bola. Padahal, gaji Cristiano Ronaldo dalam seminggu bisa melebihi gaji insinyur perminyakan yang bekerja dalam beberapa bulan!
5. Sistem Pendidikan : "Tujuan pendidikan bukanlah mencetak manusia super-jenius, tetapi mencetak manusia-manusia yang ahli dibidangnya."



Bagi agan-agan yang pernah mengenyam pendidikan 9 tahun di Indonesia, pasti pernah merasakan betapa kejamnya pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolah. Segudang rumus harus kita hafalkan. Mau tak mau, kita sebagai pelajar harus rela mengurangi waktu luang kita untuk menghafal rumus-rumus yang entah 10 tahun lagi masih kita ingat atau tidak. Tujuannya memang baik, untuk mencerdaskan bangsa, tetapi pada kenyataannya, sistem pendidikan seperti ini hanya memaksa siswa-siswi kita untuk belajar keras demi lulus Ujian Nasional daripada meluangkan waktu untuk mengembangkan bakat-bakat terpendam yang mereka miliki; khususnya sepak bola. Tak heran jika pemain berbakat sekelas Beckham tak kunjung muncul di Indonesia.8. Kerjasama : "Sepakbola bukanlah olahraga yang bisa dimenangkan oleh satu orang."

Mungkin, Indonesia sepertinya secara karakter tidak begitu cocok dengan hal-hal atau kegiatan yang bersifat KELOMPOK yang membutuhkan koordinasi level tinggi.



Ada pembanding, misalnya di kegiatan/aktifitas yang sifatnya INDIVIDUAL, di olah raga, para atlit kita yang bermain diwilayah INDIVDUAL sangat-sangat bisa berprestasi bahkan hingga ke Level Juara Dunia-Juara Olimpiade !

Dibidang lain juga demikian, prestasi INDIVIDUAL manusia Indonesia banyak yang hebat-hebat, namun ketika dilebur kedalam sebuah tim, prestasi tersebut anjlok. Artinya KERJASAMA tidak terlalu cocok dengan karakter kita orang Indonesia.

Sifat dan karakter ke-Indonesiaan kita lebih ke INDIVIDUAL-cenderung egois, mau menang sendiri, mau menonjol sendiri, sehingga lebih cocok ke olah raga individual, sejarah sudah memberi kita contoh nyata, berikut nama -nama atlit kita yg berprestase sangat menonjol di level individual :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar